Site Network: Personal | My Company | Artist projects | Shop

 

senyum itu baik



gili trawangan


bulan sepasi
seminggu sejak bom legian bali
pelancong hanya cumbui sepi

bulan sepasi saat itu, berlima kami di tepi pantai karang berombak jinak, laut tak pasang malam itu. lampu kepala, kaca selam, dan tombak sudah di tangan. jam 9 malam, angin darat berdesir ke laut, kami melompat ke laut.

terumbu karang terang oleh lampu-lampu di kepala kami, sinarnya kadang memantul pada sisik berwarna indah ikan-ikan karang, berpendar dengan sinar memancar, kelap-kelip seperti di kelab malam. kaki bebek kami berkecipak, lalu mengayuh tenggelamkan kami pada palung-palung terumbu karang. kecipak seperti dansa cha cha cha.

pada kedalaman dasar laut kami temukan bermacam ikan, ada kerapu, kepiting laut, napoleon, hingga belut laut. tombak sudah terhunus, satu persatu ikan itu temui maut. kami berlima seperti hantu pemangsa yang membinasakan penghuni laut.

namun saya hanya memangsa udang karang, lobster sepergelangan tangan (inikah pesananmu adik manis?). mereka bersembunyi di celah hutan karang, sedikit gangguan membuat mereka tampakkan diri, lalu mata tombak yang tajam merenggut hidupnya.

perburuan berakhir ketika muncul hiu, ikan buas yang membuat penyelam paling pemberani menjadi pengecut. perahu kecil menjemput, mengantar kami ke pantai berpasir putih. api sudah disiapkan, bumbu sedap sudah dilumatkan. sebentar lagi ikan-ikan lezat itu akan menjadi penghuni terumbu karang di perut kami.

begitulah kami di gili trawangan, salah satu pulau di gugusan tiga gili (gili air, gili meno, dan gili trawangan di selat lombok). pulau yang indah, seperti serpihan surga yang hilang.

bulan bulat sempurna
ombak menggila
kami berselancar bersama malam

mau ke gili trawangan?
rute menujunya nanti saya ceritakan, berikut kehidupan orang-orang dan sejarahnya yang saya dapat dari generasi pertama penghuni pulau itu.

posted by wonka @ 2:02 PM, ,




grahita tuna grahita

seorang teman menelpon saya dengan tersedu. ia marah, ia panik, ia kecewa, ia terluka.

kemarin, anaknya baru saja menyelesaikan ujian nasional (UN), yang kata mendiknas, adalah alat ukur yang valid atas keberhasilan studi di negeri ini. anak teman karib saya itu salah satu pesertanya. rahman, anak baik itu tak mau bicara sampai hari ini. anak itu marah karena tak berhasil menyelesaikan ujiannya. ia mogok berinteraksi dengan dunia luar, sejak kemarin ia mengurung diri di kamar, demikian kata teman saya itu. rahman menderita down syndrome, atau tuna grahita sejak bayi.

tuan dan puan yang baik hati, tentu saja anda bisa menyelami perasaan teman saya yang terluka itu. ibu yang dilukai karena anaknya menjadi korban kebijakan pejabat yang buta tuli, tak mau melihat, tak mau mendengar apa yang terjadi akibat kebijakannya. pada kasus down syndrome, tingkat kemampuan nalar manusia naik turun, namun lebih sering turunnya. sedangkan soal-soal dalam UN, meski pun diklaim sedemikian canggihnya, tetap saja tak akan mampu menjangkau tingkat keunikan kemampuan nalar tersebut. di lain sisi, harapan para orang tua penderita down syndrome ini pada pendidikan adalah membuat anak-anak tercintanya mampu melakukan aktivitas seperti manusia lainnya yang mendapat anugerah hidup normal (meski demikian banyak yang lupa bersyukur atas anugerah ini), bukan ijazah penanda lulus UN dan hal-hal formal yang sesungguhnya tiada guna untuk anak-anak mereka.

mendengar tangis teman saya itu, saya ikut marah, saya ikut kecewa, saya ikut terluka.

sungguh derita tiada akhir negeri ini memiliki para pejabat penentu arah pendidikan yang nyata-nyata tuna grahita. hanya kekuasaan yang mereka kejar, hanya ketamakan yang mereka punya. pada derita manusia, nalar mereka tak mampu mencerna.


posted by wonka @ 1:53 PM, ,




weltlosigkeit

jenseits des schweigens

posted by wonka @ 1:58 PM, ,




kuda terakhir

yang kudengar hanya ringkiknya, lalu bunyi ladam mengantam batu. suara jatuh berdebum, tubuh rentanya tumbang pada tanah berdebu. senja temaram saat kematiannya.

itu tubuh basah oleh peluh, tangannya berlumur darah yang tak lagi merah.
kuda tua itu mati, di tangan penjagal yang sama tak bahagianya.


(ladam kuda terakhir milik kami masih tergantung di pintu istal yang kini gudang. sudah 20 tahun istal itu tak berpenghuni, dan tak akan berpenghuni lagi. orang-orang di kampung kami tak lagi memelihara kuda. mereka lebih senang punya mobil atau sepeda motor untuk berkendara. dulu aki memelihara banyak kuda. ketika kecil saya cukup lihai memacunya, sampai kuda terakhir itu dimatikan karena usia).

posted by wonka @ 4:13 AM, ,




telango

suar di kapal yang bersandar di dermaga kalianget sudah redup. bulan sepasi berganti bintang timur yang berkelip di ufuk. tanpa alas kaki saya menyusuri jalan setapak di antara gudang-gudang garam tua, bentengnya dari kayu gelondongan yang lapuk. perahu berjajar, mesin tempel mulai dipanaskan. pagi yang sejuk bercampur asinnya angin laut. tanpa alas kaki saya berjalan di dermaga batu pulau telango. lampu-lampu rumah penduduk di kalianget nampak seperti kunang-kunang fajar.

dermaga batu, jembatan selat tua yang renta. tempat kenangan mematri sejarah beragam manusia. selalu menyenangkan ketika saya terdampar di dermaga tua itu. tempat perjalanan panjang pernah bermula.

awal bulan depan saya akan kembali ke pulau telango, siapa hendak turut?


*telango adalah pulau kecil yang dipisahkan oleh selat sempit dari pelabuhan kalianget, sumenep, madura. pelabuhan kalianget ini merupakan saksi sejarah monopoli garam oleh inggris di era kolonial. di kalianget anda bisa menyaksikan banyak bangunan tua gudang garam dengan gaya eropa abad pertengahan.

posted by wonka @ 1:09 PM, ,




amuk massa

massa itu sampah, demikian kata elias canetti, kerumunan manusia tidak pernah berpikir, mereka bertindak tanpa nalar, dan terjangkit histeria. massa yang marah bisa menjadi monster bola api yang membakar apa saja yang dilewatinya, bisa menjadi kanibal yang memakan sesamanya, bisa menjadi penjagal yang bisa membunuh tanpa belas kasih. massa demikian mudah dijangkiti amok, amuk massa.

massa adalah kerumunan manusia yang kehilangan identitas individunya. karenanya massa tidak mengenal tanggung jawab individu. dengan demikian, apapun tindakan yang dilakukannya bisa lepas dari jerat hukum. karena hukum mengikat hak dan tanggung jawab individu, bukan kerumunan manusia tanpa identitas diri.

karena sifat dasarnya yang tanpa identitas, maka massa seringkali dijadikan alibi kejahatan individu. penguasa lalim seringkali bersembunyi dalam massa yang histeris untuk mencuci kejahatannya. dalam banyak budaya, sakralisasi figur dan kekuasaan adalah proses niscaya sebagai alat untuk menciptakan histeria massa. maka jadilah massa yang rela melakukan apa saja demi sang figur, karena tidak ada beban tanggung jawab individu atas tindakannya di kemudian hari.

cara lain untuk menciptakan massa yang histeris adalah penyeragaman. karena dalam seragam, seseorang dapat kehilangan kepribadiannya. pada satu sisi, seragam mendatangkan pride, kebanggaan, di sisi lain dengan seragam orang akan mudah menanggalkan akal sehat. itu sebabnya, tentara perang dalam sejarahnya adalah komunitas pertama yang diseragamkan. untuk mematikan rasionalitas dan ketakutannya akan kematian diri di medan tempur.

dalam sejarah penegakan hukum. para penegak hukum seringkali kesulitan menangkap pelaku kejahatan massa dan kejahatan berseragam. meski dalam beberapa kasus, karena kelemahan kejahatan berseragam ini mengenal hirarki, maka pucuk dari hirarkinya biasanya dikorbankan ketika menjadi pecundang.

kejahatan massa lebih sulit diungkap, karena massa yang histeris tidak mengenal hirarki. karenanya, para penguasa yang pengecut gemar sekali menciptakan histeria massa untuk melindungi kejahatannya. ketika menjadi pecundang mereka gemar sekali menjerumuskan massa nya pada amuk. persis, seperti sejarah para penguasa negeri ini.

posted by wonka @ 1:03 PM, ,




pilgrim

day in day out
year in year out
busily
crawling along
and rolling about
i, man, am
on pilgrimage
towards myself
not any nobler
than a sheep
nor any lesser
than a god
i incessantly peel
myself off inwardly
stepping across thresholds
leveling off horizons
and always moving closer
to the numbly raging ocean
of gentle, glowing darkness

*fur G.T
jenseits des schweigens

posted by wonka @ 8:48 AM, ,




lamalera

sudah lama kami tak jumpa. 4 tahun lalu terakhir saya menginjakan kaki di lamalera, djibrail tetap saja sahabat saya yang dulu, murah senyum dan kulit hitamnya yang kilap nyaris tak berubah, seolah usia tak doyan memakannya.
sekarang baru april, namun aroma perburuan sudah nampak disana sini. pledang sudah mulai disiapkan, tombak sudah terasah tajam. siap mengakhiri nyawa paus kotaklema di perlintasan selat ombai. 4 tahun lalu di bulan mei, disini saya merasakan bau amis daging kotaklema yang dijemur di atas atap hampir semua rumah di lamalera. dari atapnya pancuran minyak lemak paus yang mencair berpendaran karena matahari pada puncak teriknya, kilaunya memukau.


sekarang baru april, djibrail mengingatkan, masih bulan depan perburuan dimulai.
sengaja saya datang bulan april, pengalaman melihat paus kotaklema yang menggelepar sekarat dengan darah yang memerahi laut bukan hal yang indah buat saya. cukup sekali, saya tidak suka melihat kematian.
dendeng ikan paus, kulit yang dikeringkan, dan beberapa potong gigi paus ada di tas ketika saya berpamitan. ini pesananmu 4 tahun lalu, kata djibrail, sudah 4 tahun ini kusimpan di lemariku, aku yakin kamu datang lagi kemari.
selat ombai sudah mulai reda gelombangnya, matahari mulai tenggelam. senja yang merah. seperti darah kotaklema yang bulan depan siap ditumpahkan. selat ombai itu, saksi sejarah perburuan sepanjang masa. kotaklema menjalani takdirnya.


*lamalera = sebuah kampung di pulau lembata
*paus kotaklema = sperm whale (physeter macrocephalus), panjangnya mencapai 15 meter dengan bobot 40 ton.
*pledang = perahu kecil bercadik yang biasa dipakai berburu paus kotaklema.

posted by wonka @ 1:02 PM, ,




kutunggu di kelimutu


menjejak batu rapuh pada tanah kering puncak kelimutu. hamparan luas air tiga warna merah putih biru danau kelimutu. nyaris tersedak karena udara keringnya, namun warna indah menghapuskan bukan hanya sedak, juga keringat dari perjalanan lewati batuan terjal dengan jip tua, pupus sudah. mematung aku takjub, membisu oleh haru biru. hey, aku di puncak kelimutu!

tiwu nuwa muri koo fai, danau biru itu. tempat arwah muda-mudi kembali. kudiam sejenak di pinggirnya, teriak girang sekuatku, namun nafas hanya sepelemparan batu.

tiwu ata polo, danau merah itu. dipinggirnya kuejek arwah cenayang dan tukang tenung. hey, mendidih merah panasnya tempat pulangmu.

tiwu ata mbupu, danau putih itu. berhentiku sejenak, ucapkan salam takzim. arwah para tetua berakhir disitu.

bersama malam kuharus berlalu. udara dingin nyaris basah oleh gerimis. lalu jip tua ku berlalu dengan deru, turun ke koanara, lalu wolowaru.

sampai di desa hujan deras dan gelegar petir seperti amuk. ah, kelimutu menjawab salamku.

posted by wonka @ 1:05 PM, ,




my land

my land
with its heights and depths
its gaps and strictures
like my life

my life
furrowed and pock-marked
flecked with blue and gray
like my land

light
in both
encircled by shadows

shadows in both
infused
with light

*fur G.T
der steinmensch zu ak-hem

posted by wonka @ 12:56 PM, ,




tentang uang

bila kita membuka beberapa buku teks ekonomi, setidaknya kita akan menemukan 3 fungsi utama uang; sebagai satuan (unit) alat hitung (account),sebagai alat tukar, dan sebagai kumpulan (store) nilai. kedua fungsi pertama cukup bisa dimengerti dengan baik. namun fungsi ketiga, yaitu uang sebagai kumpulan nilai (store of value), masih menyisakan keraguan. dalam penafsiran klasik, uang adalah sarana mencapai sasaran, bukan sasaran itu sendiri; uang mewakili nilai tukar, bukan nilai yang intrinsik pada dirinya sendiri. maksudnya, uang tergantung pada nilai barang dan jasa yang dapat dipertukarkan dengannya. tetapi apa nilai intrinsik yang dianggap diberikan oleh kegiatan ekonomi? para ahli ekonomi abad ke-19 memakai istilah “kegunaan” (utility), tetapi konsep ini tidak tahan terhadap pengujian kritis. akhirnya para ahli ekonomi itu memutuskan bahwa mereka tidak perlu menyelesaikan persoalan ini; mereka menerima nilai-nilai agen ekonomi sebagai kenyataan yang sudah given. pilihan-pilihan mereka, apa pun itu, dapat diekspresikan dalam bentuk kurva-kurva yang biasa (indifference curves) dan kurva-kurva ini dapat digunakan untuk menentukan harga.
masalahnya adalah, bahwa dalam dunia nyata nilai-nilai tidak given. dalam ekonomi pasar orang bebas memilih, tetapi ini tidak berarti mereka selalu tahu apa yang mereka inginkan. dalam kondisi-kondisi yang cepat berubah, ketika tradisi kehilangan pengaruhnya dan orang diserbu oleh berbagai sugesti dari segala penjuru, nilai tukar mungkin sekali menggantikan nilai intrinsik. uang mempunyai atribut-atribut tertentu yang tidak dimiliki oleh nilai-nilai intrinsik: ia mempunyai angka sebutan (denominator) yang dapat dikuantifikasi dan hampir secara seragam dihargai oleh orang lain. ini merupakan atribut yang mengkualifikasi uang sebagai alat tukar— tetapi tidak harus sebagai tujuan akhir. sebagian terbesar keuntungan yang terkait dengan uang terhimpun dari pembelanjaannya; dalam hal ini uang berlaku sebagai sarana mencapai tujuan. tetapi uang juga dapat berlaku sebagai wadah kumpulan nilai (store of the value). sampai batas tertentu bahwa orang menginginkan uang dan bersedia melakukan nyaris apa saja untuk bisa mendapatkannya. uang adalah kekuasaan, dan kekuasaan dapat menjadi tujuan itu sendiri. mereka yang sukses mungkin tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan uang, tetapi sedikitnya mereka dapat meyakini bahwa orang lain iri pada keberhasilannya dan kekayaan memberi mereka suatu rasa kekuasaan. hal ini cukup bagi mereka untuk berjalan terus tanpa batas, bahkan ketika tidak mempunyai motivasi yang lain. nah, lho!

pertanyaan isengnya, jika uang hanya sarana mencapai tujuan akhir. mengapa banyak orang berdarah-darah saling mumbunuh hanya demi sarana, bukan demi tujuan akhir. apa tujuan akhirnya memang hanya demi mencapai sarana, setelah itu mereka kebingungan entah mau apa. alhasil uang menjadi tidak berfungsi, ini lah salah satu awal mula penyakit kelebihan likuiditas di dunia perbankan kita. duit banyak, tetapi nggak ada efek positifnya pada sektor riil. pengangguran bertambah, orang miskin nyaris mati tanpa sarapan pagi.

*buat seorang teman yang lagi mbikin tesis tentang filosofi uang (halah, duit kok pake filosofi segala).mudah-mudah bermanfaat, atau mbikin kamu tambah kebingungan seperti biasanya.

*inspired by george soros on : open society, reforming global capitalism. atau kalo sempet baca deh: money, time and rationality in max weber.

posted by wonka @ 8:25 AM, ,




misbar

orang-orang di kampung saya menyebutnya wawar. biasanya memakai mobil bak, membawa corong pengeras suara, mengumumkan film yang nanti malam akan diputar. tak lupa menebar selebaran gambar dan jalan cerita film nanti malam.

filmnya diputar di lapangan samping pasar kecamatan setiap sabtu malam. kami menyebutnya bioskop misbar, artinya gerimis bubar. bioskop itu memang beratap langit, berdinding karung goni yang mengelilingi lapangan kecamatan. meski petugas keamanan nya jeger kampung yang galak dengan kumis baplang dan iket barangbang semplak, ada saja yang nekat masuk tanpa membayar karcisnya. dengan pisau silet, biasanya mereka merobek dan menerobos dinding karung goni. malah buat anak-anak di kampung saya, siapa yang berhasil masuk tanpa bayar karcis, dia lah jagoan minggu ini. meski karcisnya hanya seharga 150 rupiah, gelar jagoan memang tak bisa dibeli dengan uang. si karom, keponakan pak lurah malah pernah menjadi jagoan selama 3 bulan. hebat ya..

karena masih anak SD, sedikit sekali kesempatan saya keluar rumah di malam hari. apalagi buat nonton ke misbar, kata aki, nonton film haram hukumnya. tapi namanya juga budak baong, ada saja akal buat kabur dari peraturan rumah. apalagi nanti malam film ari hanggara yang terkenal itu.

buat persiapan nonton, kami harus membawa tikar, obat nyamuk, dan korek api. uang jajan sekolah tadi siang juga saya bawa, buat beli kacang rebus dan beuleum jagong. kata teman-teman, sambil memakan beuleum jagong cerita film yang rumit jadi mudah dihayati, ada-ada saja.

saat adegan ari hanggara disiram air panas oleh ibu tirinya, tiba-tiba langit mendung, tanpa gerimis hujan bagai tumpah dari langit. orang-orang kalang kabut. proyektor film dimatikan. saya kehilangan teman-teman yang lebih terbiasa menyelamatkan diri di keramaian. saya tidak kemana-kemana, berdiri saja di tengah lapangan menunggu teman-teman.

malam sudah sangat larut, teman-teman tak ada yang muncul satu pun. layar sudah digulung, dinding karung goni sudah mulai dirobohkan. pertunjukan misbar usai.
saya basah kuyup dan menggigil kedinginan. sendirian.

butuh satu jam jalan kaki untuk sampai ke rumah, lewat jalan setapak hutan desa. menjelang tengah malam saya sampai, aki menunggu saya dengan gelisah. lalu berganti baju hangat. suara jangkrik dan tongeret banen mengantar saya tidur. usai sudah petualangan misbar saya malam itu.

selamat hari film nasional. berhentilah membuat film butut!!!

posted by wonka @ 12:06 PM, ,




mbok yem dan gigi emas

mbok yem, tukang gudeg depan rumah saya berhenti tersenyum sejak minggu lalu. keramahannya menghilang sejak ia berhenti membuka mulutnya. kabar burung mengatakan, gigi emasnya digadaikan. sejak itu dia kehilangan percaya dirinya untuk menebar senyum. tanpa emas, senyumnya hanya pameran gigi yang menghitam.

lek man, tukang angkringan di seberang jalan sudah beberapa hari ini selalu berkemeja lengan panjang. ia berhenti memakai kaos oblong dagadu kebanggaannya. pergelangan tangan yang tak kekar itu kini harus terbungkus rapi, tak seorang pun berhak menyaksikan tangannya yang hitam itu tanpa jam rolex palsu yang sudah terjual sejak harga beras melampaui akal sehat. lek man rolex, begitu cara kami memanggil namanya, nampak takut kehilangan simbol identitas yang dibanggakannya.

seorang teman, baru saja menjual bmw nya karena terlilit utang. setiap pagi, menjelang beraktivitas ia mampir ke rumah, meminjam mobil saya. tanpa mobil, ia bukan manusia, demikian katanya.

jeng sri, ibu muda pesolek pegawai kecamatan setiap bulan muda menyandera gaji suami nya yang sopir pemda itu, untuk membeli pakaian bermerk di factory outlet. “lha, di beringharjo kan baju-baju bagus, orang-orang bule aja belinya disitu lho jeng”, suatu kali pembantu saya bertanya padanya. “nek ora ono mereke, ora trendi, ora modis, ora aku iku. ngisin-ngisini!” jeng sri menghardik galak dengan baju d&g reject nya.

ustadz anu, satu ketika jubah dan sorban nya raib dari jemuran. kata para tetangga, gara-gara pakaian kebanggannya itu hilang, ia berhenti ke mesjid sementara, sampai dapat gantinya. “tanpa pakaian islami itu, aku bukan ustadz rasanya”, jawabnya ketika suatu kali ada orang bertanya.

banyak orang terlanjur mengidentifikasi dirinya dengan pakaian, perhiasan, kendaraan yang ia pakai. tanpa semua itu, mereka seolah kehilangan dirinya. kehilangan separuh identitas kemanusiaannya.

identitas seringkali muncul dari apa yang nampak, apa yang menarik dilihat, apa yang membanggakan ketika dikenakan. lalu orang mengindentikkan dirinya dengan apa yang menurutnya hebat dan membanggakan. ketika simbol identitas itu raib dari dirinya, ia kehilangan apa yang selama ini dianggap sebagai “dirinya”.

apakah sodara-sodari begitu juga? semoga saja tidak...

posted by wonka @ 11:59 AM, ,




pengemis

seorang lelaki datang ke kantor. mobilnya bagus. tampangnya bagus. map di tangannya pun tercetak bagus. proposal yang dibawanya pun bertutur kata bagus.
demi demokrasi katanya. demi pengentasan rakyat miskin katanya. demi para pahlawan pembela negeri katanya. demi ini. demi itu. sampai berbusa mulutnya. kepala pening mendengarnya.

kesimpulannya. demokrasi itu mahal. harus didukung. perlu dana. ia meminta. jika tak memberi, saya pengkhianat demokrasi katanya. bukan patriot pembela negeri katanya.

huh! negeri siapa?

lelaki bagus itu memaksa. jika tak diberi. saya akan dilaporkan ke ketua ormasnya.

siapa takut? kata saya.

kamu harus takut! katanya. si ketua orang berkuasa. makanya harus diberi. hah!

jika sudah berjas rapi, lulusan universitas, rambut klimis, sepatu mengkilap, tetapi masih meminta-minta. apa lantas bukan pengemis namanya?

saya tak memberi, ia pergi dengan memaki. tak tau diri.

minggu depan saya akan bertemu ketuanya, ormas paling taik kucing di negeri ini.

posted by wonka @ 2:33 PM, ,




setelah subuh kami bertemu

siapa yang tak senang bertemu orang yang dikangeni?
tak biasanya, setelah subuh saya tidur kembali. karena hujan, saya solat di rumah. di ruang tempat biasanya almarhum ayah mengaji.


seperti cahaya yang berkelebat, tiba-tiba saja ayah datang dengan senyum dan tangan mengulurkan salam. senang rasanya, akhirnya kami berjumpa kembali.
ayah memakai baju baru, celana baru, kopiah putih, sandal kulit kesukaannya juga baru. ayah mengabarkan hal-hal yang menyenangkan tentang alamnya yang baru, sambil memamerkan telapak tangan dan telapak kakinya yang begitu halus, putih bersih. ini kabar gembira tentu saja.

ayah pamit karena waktunya berkunjung tak lama, tak baik berlama-lama, demikian katanya. ayah pergi dengan kendaraan entah apa, secepat kilat tak nampak lagi. hanya cahaya.

06.05 saya terbangun, tentu saja itu hanya mimpi, namun senang rasanya bisa berjumpa.


saya menjadi yakin, hubungan ayah-anak tak putus oleh akhir dunia.

posted by wonka @ 2:09 PM, ,