Site Network: Personal | My Company | Artist projects | Shop

 

senyum itu baik



mbok yem dan gigi emas

mbok yem, tukang gudeg depan rumah saya berhenti tersenyum sejak minggu lalu. keramahannya menghilang sejak ia berhenti membuka mulutnya. kabar burung mengatakan, gigi emasnya digadaikan. sejak itu dia kehilangan percaya dirinya untuk menebar senyum. tanpa emas, senyumnya hanya pameran gigi yang menghitam.

lek man, tukang angkringan di seberang jalan sudah beberapa hari ini selalu berkemeja lengan panjang. ia berhenti memakai kaos oblong dagadu kebanggaannya. pergelangan tangan yang tak kekar itu kini harus terbungkus rapi, tak seorang pun berhak menyaksikan tangannya yang hitam itu tanpa jam rolex palsu yang sudah terjual sejak harga beras melampaui akal sehat. lek man rolex, begitu cara kami memanggil namanya, nampak takut kehilangan simbol identitas yang dibanggakannya.

seorang teman, baru saja menjual bmw nya karena terlilit utang. setiap pagi, menjelang beraktivitas ia mampir ke rumah, meminjam mobil saya. tanpa mobil, ia bukan manusia, demikian katanya.

jeng sri, ibu muda pesolek pegawai kecamatan setiap bulan muda menyandera gaji suami nya yang sopir pemda itu, untuk membeli pakaian bermerk di factory outlet. “lha, di beringharjo kan baju-baju bagus, orang-orang bule aja belinya disitu lho jeng”, suatu kali pembantu saya bertanya padanya. “nek ora ono mereke, ora trendi, ora modis, ora aku iku. ngisin-ngisini!” jeng sri menghardik galak dengan baju d&g reject nya.

ustadz anu, satu ketika jubah dan sorban nya raib dari jemuran. kata para tetangga, gara-gara pakaian kebanggannya itu hilang, ia berhenti ke mesjid sementara, sampai dapat gantinya. “tanpa pakaian islami itu, aku bukan ustadz rasanya”, jawabnya ketika suatu kali ada orang bertanya.

banyak orang terlanjur mengidentifikasi dirinya dengan pakaian, perhiasan, kendaraan yang ia pakai. tanpa semua itu, mereka seolah kehilangan dirinya. kehilangan separuh identitas kemanusiaannya.

identitas seringkali muncul dari apa yang nampak, apa yang menarik dilihat, apa yang membanggakan ketika dikenakan. lalu orang mengindentikkan dirinya dengan apa yang menurutnya hebat dan membanggakan. ketika simbol identitas itu raib dari dirinya, ia kehilangan apa yang selama ini dianggap sebagai “dirinya”.

apakah sodara-sodari begitu juga? semoga saja tidak...

posted by wonka @ 11:59 AM,

1 Comments:

At Selasa, April 03, 2007 3:08:00 AM, Blogger Mamah Ani said...

identitasku ? "baik hati dan tidak sombong"...huahuahuahau....kalau tidak baik hati dan kalau sombong....pasti bukan si mamah...heuheuheu..( mudah mudahan bener begitu dan selalu ya...doain aja )..mau tidur di hilton sebrang WTC New York keq , mau untel untelan ditiker keq, mau makan di american grill keq, mau makan di warung bu slamet keq, mau naik lufthansa keq, mau naik getek keq...ngobrol sama mentri keq, sama pemulung keq....enjoy aja , si mamah tea.....pake baju tanah abangan ?..SWGTL...so what gitu loh...

 

Posting Komentar

<< Home