tahun yang berulang
29 Desember 2008
serupa matahari mengeja waktu. bulan mengeja malam, mengeja awan, mengeja dedaunan pekat sembunyi embun, mengeja resahmu di titik nadir, pada jendela musim beku.
rumput tak tumbuh pada jalan setapak bebatu, membuat kaki telanjang menginjak perih kelupas kulit ari, pada lorong setajam beling yang berulang. selalu harus lewat jalanan itu menuju kedai yang suarakan lirih darwis-darwis tua yang sembunyi. lalu mata nanar ini memandang kastil-kastil umbria tua di utara, masih saja pongah seperti dulu, saat kali pertama kami bertemu.
serupa udara yang menyerah pada pukau dinding batu tua itu, lalu berhenti pada sudut simetris tak berbayang bulan, disitu kami biasa bertemu. kedai sunyi tanpa angin menderu, berisi orang-orang terdiam.
dia datang dengan sekotak kue rempah, setumpuk buku, dan alat pemotong kuku. sebentar saja bersua, seperti yang sudah-sudah, hanya berucap selamat ulang tahun untukku, habis itu meminta diri.
serupa binatang malam
ia pergi ke selatan, menuju luna kelam....
posted by wonka @ 8:06 AM,
2 Comments:
- At Selasa, Desember 30, 2008 10:24:00 AM, dromer meisje said...
-
kenapa kamu biarkan pergi?:)
- At Minggu, Januari 11, 2009 10:33:00 PM, angin-berbisik said...
-
nice sir..