Site Network: Personal | My Company | Artist projects | Shop

 

senyum itu baik



tokoh kita vol. 1.0

tadinya saya berpikir, tokoh kita akan berhenti pada personifikasi chairil anwar, setidaknya dalam merahnya merah, iwan simatupang melukis kegemaran chairil yang spesifik (ga baik ngomongin sisi negatif orang mati).

lalu pada "kering" dan "ziarah", tokoh kita menjadi lebih universal dari kategori penubuhan, lebih spesifik sekaligus abstrak dan terlalu sempit jika dijebak dalam personifikasi chairil.
dulu sekali, saat fase-fase kerontang saya menubuhkan tokoh kita ini pada diri saya sendiri...hehe, untung saja tidak keterusan.
universal dari sisi penubuhan, bermakna karakter tokoh kita bisa hinggap pada tubuh siapa saja lelaki muda yang gelisah, utopis, menginginkan sesuatu yang ideal sekaligus tidak realistis menghadapi hidup, dan lari dari tanggung jawab sosial..(ada pertanyaan?). tokoh kita ini seperti fase, atau kelas sekolah. siapapun yang bersekolah akan mengalami kelas satu, kelas dua, kelas tiga, kebosanan, pemberontakan, dan amarah. ada yang lalu menahbiskan diri sebagai wakil dari amarah itu, lalu menyangkal hidup seumur hidup, mencintai hidup dengan mensia-siakan hidup.ada yang lalu memilih berdamai, dan menyimpan amarah menjadi kesumat yang sewaktu-waktu meledak. ada yang menjadi manusia baru yang menyatu dalam kekinian seperti kupu-kupu yang tak secuilpun tertempeli kepompongnya. membuat hidup menjadi lebih nyata dan indah.

lalu pada siapa saya menubuhkan tokoh kita?

pada iwan simatupang sendiri sang manusia hotel? nampaknya tanggung jawab sosial iwan sebagai suami dan ayah terbilang jempolan.

tokoh kita bagi saya seperti kelas sekolah kehidupan, siapapun pernah singgah di kelas ini, meski kadar ruang dan durasi waktunya berbeda-beda. seperti setiap kupu-kupu tak pernah sama persis menjalani waktu dalam kepompongnya.

posted by wonka @ 4:32 PM,

2 Comments:

At Senin, Oktober 27, 2008 4:46:00 AM, Anonymous Anonim said...

saya terlampau pengecut utk menisbatkan diri pada "tokoh kita"-nya iwan, mas. terutama di merahnya merah. ha2.

 
At Selasa, November 11, 2008 4:03:00 AM, Blogger Alice Wonderland said...

tokoh kita mungkin sebuah fase. mungkin juga sesuatu yang pasti dari diri setiap manusia. bukankah hakikat manusia mencari, dan tokoh kita adalah bagian dari reaksi, reaksi terhadap struktur masyarakat yang ada.
saya lebih setuju dibilang "jujur" daripada lari. kalau dikatakan lari...saya pikir, kitalah yang selama ini berlari lalu akhirnya sembunyi. Menyumpahi hasrat sendiri, padahal hidup bukan melulu menyangkut elemen oposisi biner, yang limitnya stuck di hitam-putih, benar-salah, waras-gila. Ada "diantara" dan tokoh kita menacari pilihan itu. "Muak" kalau dalam bahasa saya. "Weureu" kalau kata kamu.

 

Posting Komentar

<< Home