Site Network: Personal | My Company | Artist projects | Shop

 

senyum itu baik



safarwadi

malam sudah larut. udara dingin beku. kepak sayap lelawa hembuskan bau bandot malam, jatuhkan bunga, jatuhkan bebijian.

aku tiba di safarwadi menjelang tengah malam. udara dingin beku, menembus jaket kulit yang tak tebal. membuat pori-pori mengasar. celana dilipat, kaki dicelupkan pada air sungai di pintu gua. pembawa petromaks kumandangkan adzan. suaranya parau, menggema pada dinding gua yang keras oleh bebatuan purba. kepala ditundukan, berjalan membungkuk menembus celah kecil pintu gua. bismillah...

bebatuan bisu nampak megah malam itu, lelangit yang tinggi, kokoh tak membuat takut menimpa kepala. tetes air dari ujung batuan runcing menimpa sungai bawah tanah. tetes demi tetesnya seperti butiran tasbih yang diputar, mengajak berdzikr atas nama sang khalik.

aku memasuki lorong demi lorong gua itu. ada lorong pengap dengan bau tak sedap. seseorang tidur di duduk tegak di lorong itu, mulutnya meracau...entah do'a entah pada siapa ia meminta. seperti tidak ada tempat lain yang lebih nyaman saja.

ada mata air kahuripan, kata pembawa petromaks, siapa meminum air itu akan panjang umurnya. lalu ada mata air kajayaan, siapa yang memandikan diri disitu akan jagjag belejag awak seumur hidupnya. namun saya tidak melakukannya. ada rasa mengganjal dalam hati untuk mengikuti saran itu. saya hanya berdizkr pada Allah, tak mengharap apa-apa. jika pun akan dimatikan malam itu, saya pasrah saja, toh diri ini bukan milik sendiri, tidak ada sertifikatnya.

aku menganggap gua itu sebagai monumen sejarah pengabdian syaikh abdul muhyi pada Allah, saksi bisu sepanjang masa tentang waliyullah yang ikhlas berbakti.

udara segar kembali ketika keluar dari gua itu. bebunyian malam kembali terdengar. perjalanan menembus bebukitan dilanjutkan. satu lagi, gua keraton membuatku penasaran.

gua itu seperti miniatur keraton dalam lukisan. stalagtit purba nampak megah di ruang lapang itu. namun ada pemandangan tak sedap dari para pertapa yang meracau meminta entah apa, entah pada siapa.

menjelang subuh kami turun, kaki ini pegal-pegal. setelah subuh perjalanan dilanjutkan..menyusuri gua-gua tak bernama di pedalaman tasik selatan.

kapan-kapan catatan perjalanannya akan kuceritakan.

posted by wonka @ 2:09 AM,

3 Comments:

At Senin, Agustus 06, 2007 9:20:00 AM, Blogger Mamah Ani said...

safarwadi tuh di tasik? menakjubkan banget kali ya...
mata air kahuripan, mata air kajayaan? bravo, salut deh nggak ikutan mandi atau minum.....kumaha Gusti wae urang mah nya Jang....eling eling murangkalih, rumingkang di bumi alam, darma wawayangan wae, raga taya pangawasa...kitu ceuk lagu jadul oge nya....
eta nu noroweco ngadoa naon nya...hoyong naon cenah ? di bumi we atuh nyuhunkeun ka Gusti Allah mah....jabi teu bararau kitu...

 
At Rabu, Agustus 08, 2007 12:21:00 AM, Blogger angin-berbisik said...

lah, katanya liputan ke papua?

 
At Rabu, Agustus 08, 2007 7:34:00 PM, Blogger NiLA Obsidian said...

duh...liputan yg bikin merinding...muringkak bulu punduk..

masih aja ya ada yg mendewakan....

 

Posting Komentar

<< Home