Site Network: Personal | My Company | Artist projects | Shop

 

senyum itu baik



dogma holocaust

holocaust adalah ironi, setidaknya buat saya.
ketika menginjakkan kaki pertama kali di negeri ini, seorang teman mengingatkan saya, "jangan sekali-kali menggugat fakta kebenaran holocaust di sini, kamu bisa di-PKI-kan". bahkan bertanya saja, jika diajukan dalam domain publik, sudah cukup untuk mendatangkan sengsara. karena saya hanya penumpang disini, akhirnya memilih tak peduli. ada atau tidak ada holocaust tidak berpengaruh terhadap hidup saya.
meski demikian, saya terusik juga oleh pertanyaan ahmadinejad. jika holocaust adalah fakta sejarah, mengapa haram diteliti ulang?
holocaust seperti dogma di tengah bangsa eropa yang mengklaim diri sebagai ahli waris yang sah dari rennaissance. saphere aude! dengan sendirinya adalah anti-dogma. paradoks yang ironis. di sisi lain holocaust adalah komoditas bernilai milyaran euro. saling subsidi antara kepentingan bisnis yahudi dan kebutuhan untuk melanggengkan kekuasaan politik, membuat isu holocaust seperti emas, logam mulia yang selalu naik harganya.
seperti semua komoditas isu yang lain, holocaust butuh "hantu" dan pahlawan. bisa berwujud hitler, himmler, eichmann, bahkan waldheim sampai gunter grass. di lain sisi terdapat cerita heroik seperti schindler atau anne frank.
saya tidak bermaksud mengingkari fakta bahwa pembantaian benar-benar terjadi. namun bukan berarti sejarah pembantaian ini boleh dijadikan pembenaran untuk membantai ulang bangsa lain, dalam hal ini palestina yang tidak ikut berdosa dalam tragedi holocaust. pun fakta sejarah berkata, bahwa bukan hanya komunitas yahudi yang menjadi korban pembantaian ini. ada korban lain, kaum gipsi, komunis, katolik roma, orang jompo, dan kaum homoseksual menjadi korban bisu yang terlupakan.
isu holocaust seperti emas di tangan pedagang yang licik, yang mendamprat pembeli yang ingin memastikan keaslian emasnya. licik dan serakah!

posted by wonka @ 8:30 PM,

1 Comments:

At Selasa, Desember 12, 2006 11:58:00 PM, Anonymous Anonim said...

bukan masalah benar atau salah. tetapi pertarungan si kuat dan si lemah...

 

Posting Komentar

<< Home