Site Network: Personal | My Company | Artist projects | Shop

 

senyum itu baik



kelola manusia

pada satu kesempatan, dengan berapi-api teman saya yang pakar manajemen itu menjelaskan cara rekrutmen yang baik dan benar menurut standar manajemen SDM terkini. standar yang sesungguhnya sudah sangat lumrah karena hampir setiap perusahaan mapan menerapkannya. kaidah bakunya tentu saja “recruit the attitude then train the skill”. intinya, penilaian terbesar saat rekrutmen karyawan baru adalah sikap yang baik, masalah skill belakangan bisa dilatih.

pertanyaan saya, lalu bagaimana nasib orang-orang yang dinilai tidak “bersikap baik” menurut standar baku tersebut?

tentu saja saya tidak ingin berdebat kusir tentang definisi orang yang bersikap baik. saya hampir selalu bersepakat tentang “sikap baik” dengan teman saya yang pakar itu. para karyawan baru hasil rekrutannya hampir selalu bisa dipastikan bukan jenis orang yang neko-neko, dan tunduk pada aturan, tidak suka cari masalah, dan tentu saja mudah diatur.

pertanyaan saya, lalu bagaimana nasib orang-orang yang sulit diatur? apa mereka tidak berhak mendapatkan pekerjaan?

masih menurut teman saya yang pakar itu, standar yang rekrutmen tersebut bisa mengirit energi para pengambil keputusan. karena staff yang direkrut tidak akan bertingkah macam-macam, dengan demikian seluruh kebijakan manajemen akan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. pendapat teman saya itu sangat rasional, sesuai dengan kepakarannya di bidang manajemen SDM.

dulu, saya pun mengikuti kaidah baku tersebut, bahkan sangat fanatik dengan kaidah tersebut. walhasil, perusahaan yang saya kelola sangat stabil, efektif dan efisien.

tetapi itu dulu, sekarang saya tidak lagi bersepakat dengan kaidah tersebut. saya menerapkan hal yang sebaliknya dalam setiap rekrutmen karyawan baru. merekrut orang-orang berperangai buruk dan sulit diatur. tentu saja pola ini sangat beresiko. ancaman kericuhan, pemborosan energi untuk mengurus orang-orang berperangai buruk dan sejarah buruk tersebut, dan jika tidak berhasil mengelola mereka, resiko terburuk adalah kebangkrutan.

tetapi saya percaya, manajemen yang baik bisa memperbaiki manusia. sikap dan perangai buruk dapat diperbaiki dengan lingkungan positif yang diciptakan oleh manajemen. tentu saja teman saya yang pakar itu marah besar saat saya mengambil keputusan demikian, bayangan buruk tentang kebangkrutan dibeberkannya pada saya. tentu saja saya juga takut, siapa sih yang suka bangkrut?

tetapi itu tiga tahun yang lalu, orang-orang yang berperangai tidak sesuai dengan “konsep baik” menurut manajemen modern itu sekarang menjadi orang-orang yang bisa diandalkan, kreativitasnya tinggi dan sangat produktif. kebanyakan dari mereka hanya butuh dipercaya, butuh saudara yang bisa mendengarkan, butuh teman yang bisa menghargai, dan tentu saja ego eksistensialnya butuh dikasih makan.

memang prosesnya tidak sesederhana itu, saya juga babak belur ketika kali pertama mempekerjakan mereka. sebagian gugur di tengah jalan.

sekarang yang tersisa adalah karyawan yang baik, dan teman yang baik, kami maju bersama.

sebenarnya saya hanya meniru yang dilakukan ayah saya, sudah 35 tahun perusahaannya berjalan dengan baik dengan pola rekrutmen demikian. sesuai dengan keyakinannya, bahwa kepemimpinan yang kuat, lingkungan positif, manajemen yang baik, dan kepercayaan, akan memperbaiki perangai manusia. karena pada dasarnya, manusia dilahirkan seputih kertas. jika ternoda, ia hanya butuh penghapus yang baik, yang menghargai kemanusiaannya. siapa mau coba?

posted by wonka @ 12:48 PM,

3 Comments:

At Rabu, Maret 14, 2007 4:13:00 AM, Blogger NiLA Obsidian said...

saya mau coba dan sudah ...karena saya juga percaya bahwa memberi kepercayaan pada org yg sulit diatur memberi dia tanggung jawab....

kadang perubahan yg radikal oleh sebagian org sulit diterima.

memperkerjakan org2 yg mudah dia tur bikin masalah dikemudian hari ketika perusahaan membutuhkan speed yg tinggi dan kreatifitas yg fresh mereka malah melempem.

org2 yg sulit diatur kalau kita tau cara mengendalikannya, mereka akan sangat bermanfaat ketika kita butuh speed yg tinggi dalam berkreasi...
*halah kho jadi curhat?* hehe

 
At Jumat, Maret 16, 2007 3:45:00 PM, Anonymous Anonim said...

Saya masih cenderung subyektif kalo mau memperkerjakan seseorang dan cenderung pilih2. Tetapi pilihan saya selalu beda dengan pilihan banyak orang pada umumnya.

Bagi saya pegawai yang "nggah nggih mboten kepanggih" tidak bekerja dengan ketulusan tetapi dengan ketakutan dan lebih cocok ditempatkan di back office saja tetapi untuk tipe-tipe pemberontak lebih cocok dijadikan leader

oh iya... salam kenal mas

 
At Selasa, Maret 20, 2007 11:12:00 AM, Blogger Mamah Ani said...

salut buat ayahanda almarhum...memang yang harus kuat itu kepemimpinan, keteladanan, manajemen yang baik, pleus kepercayaan....biasanya orang kreatif-pinter-jujur-pengen berkarya jempolan, bukan type yang inggih inggih koq.....semoga sukses usahanya ya

 

Posting Komentar

<< Home