Site Network: Personal | My Company | Artist projects | Shop

 

senyum itu baik



sawang sinawang

seorang teman yang baik hati. suatu ketika ia cuti dari pekerjaannya. lumayan, ada waktu tiga hari untuk rehat dari kebisingan hiruk pikuk pekerjaan.

suatu sore hari senin, dia ngopi di beranda rumah, kopi excelso enak sekali. di jalan depan pagar lewat tukang kacang rebus. lelaki renta dengan kereta dorong beroda tiga. jalannya pelan sekali, sesekali menyeka keringat dengan handuk kecil yang tergantung di bahu kurusnya.

dipanggilnya tukang kacang rebus itu. rupanya pak tua itu cukup enak diajak bicara. akrab, cukup lucu penuh dengan canda. biar pun begitu, raut mukanya tak mampu sembunyikan lelah. teman saya trenyuh dibuatnya. lalu ia bandingkan dengan pekerjaannya sehari-hari. di kantor megah yang sejuk dengan ac. tanpa keringat menghasilkan uang yang berpuluh kali lipat dibanding pak tua itu.

dengan nada kasihan, teman saya yang baik hati itu menawarkan sesuatu. "pak, maukah bekerja bantu-bantu di rumah saya?" demikian katanya, "bapak sudah tua, perlu waktu banyak buat istirahat, biar bisa menikmati hidup".

"pekerjaan ini sudah saya nikmati puluhan tahun, tidak ada yang bisa menggantikannya. jika tak percaya, sesekali ikuti perjalanan saya", jawaban yang mengejutkan.

teman saya yang baik hati itu agak terperangah, ide liar muncul dibenaknya. ia punya waktu cuti. ingin sekali ia mempekerjakan pak tua itu di rumahnya. tapi tawarannya cukup menantang. "ya, malam ini saya ikuti bapak, sampe habis ini kacang".

selepas magrib, teman yang baik hati mengikuti perjalanan pak tua tukang kacang rebus itu.

malam sudah larut, dagangan pak tua hampir habis. ribuan langkah sudah dijalani. mereka berhenti di persimpangan jalan. teman saya yang baik hati itu kelelahan, sementara pak tua itu tak nampang lelah. mereka berpisah di jalan bercabang itu. masing-masing pulang ke rumahnya.

"nak, saya kasihan padamu. ini pekerjaan yang saya nikmati. seperti pekerjaanmu yang tentunya harus kamu nikmati. setiap manusia menjalani hidupnya sendiri-sendiri. rasa syukur membuat hidup itu berharga. saya memilih itu."

teman saya yang baik hati itu pulang ke rumah. lelah. namun hatinya bersuka. ia mendapat pelajaran baru malam itu.

kadang kita salah memandang hidup orang lain, juga hidup kita sendiri.
kadang kita kehilangan kegembiraan menjalani hidup.
kadang kita membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain.
kadang kita lupa cara bersyukur.

pak tua itu mengajari saya cara bersyukur atas hidup, begitu kata teman saya yang baik hati. alhamdulillah...

posted by wonka @ 1:28 PM,

3 Comments:

At Selasa, September 19, 2006 2:25:00 PM, Anonymous Anonim said...

Jadi...........
kesimpulanya ialah ????
....
Hidup itu sebenernya selalu indah
tergantung kcamata mana yg kita pake bwt melihat, ya ngga ???
Mungkin, suatu saat kita prlu minjem kacamata orang lain, tetangga, org lwt, dsb ....
Semoga, kacamat-kacamat itu menjadikan kita mempunyai lebih banyak mata untuk menggali kehidupan yg ebenarnya indah ini ....

 
At Selasa, September 19, 2006 5:58:00 PM, Blogger NiLA Obsidian said...

gw suka bgt tulisan loe yg ini.....

 
At Kamis, September 21, 2006 4:37:00 AM, Anonymous Anonim said...

Alhamdulillah, tulisan ini makin ngeyakinin gw, bahwa kita harus berserah diri pada sang Pencipta, keliatannya kita harus mulai bisa ngebedain antara keinginan dengan kebutuhan, antara kesenangan dengan kebahagiaan thx

 

Posting Komentar

<< Home